2. Pembatasan Masalah
Pada makalah ini penulis hanya membatasi masalah.
Konsep Penggunaan ”Multiple Intelligences” dalam pembelajaran fisika pada tingkat SMP
3. Perumusan masalah
Supaya makalah ini terarah,
penulis membuat beberapa pertanyaan sebagai acuan yang akan dibahas. Pertanyaan
pada permasalahan ini adalah :
1.
Apa yang dimaksud ”Multiple Intelligences” ?
2. Apa tujuan pembelajaran dengan ”Multiple
Intelligences” ?
3. Keterampilan apakah yang diharapkan muncul
setelah belajar dengan ”Multiple Intelligences”
4.
Bagaimana Menciptakan Pembelajaran yang menyenangkan
dengan ”Multiple Intelligences”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Multiple Intelegences (MI) lahir sebagai koreksi
terhadap kecerdasan yang dikembangkan oleh Alfred Binet ( 1904) yang meletakan
dasar kecerdasan hanya pada Intelligences Question (IQ). Binet menetapkan
kecerdasan seseorang dalam rentang skala tertentu yang menitikberatkan hanya
pada kemampuan bahasa dan logika, dengan kata lain orang yang pandai dalam
bahasa dan logika pasti akan mempunyai IQ yang tinggi bahkan hal ini yang menjadi
standar dalam menentukan kecerdasan orang pada saat ini.
Tes
yang dikembangkan Binet ini, menurut Gardner belum mengukur kecerdasan anak
sepenuhnya, sebab seseorang yang cerdas tidak dapat diwakili hanya melalui dua
jenis kecerdasan dan bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang.
Kecerdasan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melihat suatu masalah
kemudian membuat penyelesain masalah itu atau membuat sesuatu yang dapat
berguna bagi orang lain. Multiple Intelligences pada dasarnya mencakup pengembangan
dari kecerdasan otak (IQ), Kecerdasan emosional (EQ), Kecerdasan spritual (SQ).
Semua kecerdasan anak ini dapat diransang sejak dini.
1. Defenisi operasional
Teori
multiple Intellegences bertujuan untuk mentransformasikan sekolah agar sekolah
kelak dapat mengakomodasikan setiap siswa dengan berbagai pola pikirnya yang
unik. Ada beberapa macam kecerdasan yang diungkapkan Gardner (1983) yaitu:
a.
Linguistic Intelligence (Word Smart)
Pandai berbicara, gemar bercerita, dengan tekun mendengarkan cerita atau membaca
merupakan tanda anak yang memiliki kecerdasan linguistik yang menonjol. Memiliki
kemampuan yang kuat dalam mengingat nama atau fakta. Kecerdasan ini menuntut
kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaitan dengan
proses berpikirnya.
b. Logical – Mathematical Intelligence
(Number / Reasoning Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan
logical–mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap
kegiatan eksplorasi. Menikmati ilmu pengetahuan, mudah mengerjakan matematika
dalam benaknya, senang menghitung. Mereka
sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan
logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan
benda.
c. Visual – Spatial Intelligence (Picture
Smart)
Seorang anak yang memiliki
kecerdasan dalam menggunakan gambar biasanya suka menggambarkan idenya atau
membuat sketsa dalam memecahkan masalah. Anak-anak dengan kecerdasan visual –
spatial yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan
khayalan internal (internal imagery), sehingga cenderung imaginatif dan
kreatif.
d. Bodily – Kinesthetic Intelligence (Body
Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan bodily – kinesthetic di
atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada
gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi
dunia dengan otot-ototnya.
e. Musical Intelligence (Music Smart)
Anak dengan kecerdasan musical
yang menonjol mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat
mentranformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan
musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai
menggunakan kosakata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau
warna suara dalam sebuah komposisi musik.
f. Interpersonal Intelligence (People Smart)
Anak dengan kecerdasan
interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yang
baik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan
sosial, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi.
Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang
lain, serta mampu bekerja sama dengan orang lain.
g. Intra personal Intelligence (Self Smart)
Anak dengan kecerdasan intra
personal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah
berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam situasi
konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat
dilakukan dalam lingkungan sosial. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta
bantuan saat memerlukan.
h. Naturalist Intelligence (Nature Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan
naturalist yang menonjol memiliki ketertarikan yang besar terhadap alam
sekitar, Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena
alam, misalnya terjadinya awan dan hujan, asal usul binatang, pertumbuhan
tanaman, dan tata surya. Anak biasanya senang mencari tahu tentang sesuatu
kemudian mengelompokan kedalam kategori tertentu misalnya senang mengamati
burung, bebatuan atau mencatat jenis mobil yang berbeda dan mereka juga tahu
kepada siapa harus meminta bantuan saat diperlukan.
Sebenarnya dalam melaksanakan
proses belajar yang menggunakan kerangka “ Multiple Intelligences”, tidaklah
sesulit yang dibayangkan, yang dibutuhkan hanya kreativitas dan kepekaan guru.
Untuk mengembangkan “ Multiple Intelligences” sarana dan prasarana yang
dibutuhkan sebenarnya telah tersedia dilingkungan kita, artinya pendidikan
tidak harus dilaksanakan dalam kelas. Siswa bisa diajak untuk melihat fenomena
yang terjadi dialam dan teori yang mereka temui dikelas dapat mereka lihat pada
kehidupan nyata.
Vernon A.Magnessen (1983)
menjelaskan bahwa kita belajar 10 % dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang
kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa yang kita lihat dan
kita dengar, 70 % dari apa yang kita katakana, 90 % dari apa yang kita lakukan
dan kita katakan.
2. Tujuan Pembelajaran Multiple
Intelligences
Strategi
pembelajaran “ Multiple Intelligences” pada hakekatnya adalah upaya
Mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa terutama dalam pelajaran
fisika, menurut Amstrong (2002) seorang pakar dalam bidang multiple
intelligences mengatakan bahwa dengan teori kecerdasan majemuk memungkinkan
guru mengembangkan strategi pembelajaran yang inovatif dan relative baru dalam
pendidikan(Piping: 2005).
Multiple
intelligences juga memacu kecerdasan yang menonjol pada diri siswa dan berupaya
mempertahankan kecerdasan lainnya pada standar minimal yang ditentukan oleh lembaga atau sekolah
sehingga MI tetap berada pada posisi yang selalu menguntungkan bagi siswa yang
menggunakan. Bukankan Enstein yang dikatakan cerdas juga mempunyai kelemahan
pada kecerdasan yang lain? Enstein adalah orang yang sangat cerdas pada dua
jenis kecerdasan yaitu Matematis Logis dan Spasial, sementara untuk kecerdasan
lain tidak menonjol.
BAB III
MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
1. Penerapan Multiple Intelligences dalam
pembelajaran Fisika
Pembelajaran berdasarkan Teori Multiple Intelligences beranggapan siswa
perlu dibantu dalam proses belajar mengajar dengan metode yang sesuai dengan
dengan kecerdasan yang menonjol dalam diri siswa. Hal ini senada dengan
pendapat Dr George Losnaov yang menyatakan jika belajar dapat terjadi dalam suasana
yang menyenangkan dan memungkinkan seluruh indera dan kemampuan lain manusia
bekerja secara optimal, proses belajar akan berlansung cepat (Abin Syamsudin:1996).
Berdasarkan uraian diatas sudah sepatutnya didalam pembelajaran fisika
Multiple Intelligences juga dikembangkan sebagai sebuah inovatif agar anak yang
tidak memiliki kecerdasan dalam bidang angka/ logika juga dapat menikmati
fisika sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya sehingga pembelajaran lebih
bermakna.
2. Strategi pembelajaran berbasis teori
Multiple Intelligencse
Kecerdasan linguistik dapat
dilakukan dengan memberikan kesempatan bercerita , menulis kembali apa yang
dipelajari dengan brain storming, dengan membuat jurnal tentang bahan dengan
menerbitkannya ke majalah dinding, dengan kata lain, setelah mempelajari topik
tertentu siswa diberikan kesempatan mengungkapkan pemikirannya tentang bahan
itu dengan menulisnya melalui kata-kata sendiri.
Kecerdasan matematik-logis
dapat diwujudkan dalam bentuk menghitung, membuat kategorisasi , membuat
pemikiran ilmiah dengan proses ilmiah, membuat analogi misalnya setelah
mempelajari rumus dalam pemecahan persoalan baru, disini yang harus diperhatikan
adalah fikiran dan logika siswa dalam pemecahan soal.
Kecerdasan visual –spitual
dapat diungkapkan dengan visualisasi bahan dengan membuat grafik, gambar, dapat
mempelajari fisika dengan membuat komik/cerita bergambar atau melalui membaca
komik yang pernah penulis kupas didalam laporan buku mengenai kartun fisika
atau mengadakan eksperimen di laboratorium.
Kecerdasan musikal dapat
diungkapkan dengan memberikan kesempatan dan tugas menyanyi, membuat lagu atau
mengungkapakan bahan ajar dalam bentuk suara. Guru sendiri dalam menyiapkan
bahan ajar dapat merencanakan penjelasan rumusan fisika dengan suatu lagu yang
akan membuat siswa mudah menangkap dan relaks.
Kecerdasan interpersonal dapat
dikembangkan dengan memberikan waktu sendiri pada siswa unutk refleksi dan
berpikir sejenak. Beberapa soal yang diberikan sebaiknya merupakan persoalan
terbuka dimana para siswa secara mandiri dapat mengungkapkan gagasannya, disini
guru harus menyajikan bahan ajar dengan humor dan keseriusan, dengan kata lain
sikap pribadi guru perlu juga ditunjukan untuk membantu siswa yang
interpersonal.
Kecerdasan natural dapat
dibantu dengan meransang siswa agar merasa nyaman dengan suasana alamiah
seperti mengajak siswa sekolah alam dalam arti mengajak siswa belajar diluar
kelas dengan melihat fenomena terjadi di alam secara lansung atau memutar video
atau film tentang materi fisika dan mengajak siswa untuk mneghubungkannya
dengan kehidupannya sehari-hari.
Dengan
menggunakan berbagai kecerdasan yang dimiliki siswa, guru bisa menggunakan
beberapa cara untuk mengembangkan Multiple Intelligences itu sendiri
diantaranya dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini. Dengan menggunakan
pendekatan melalui permainan dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
sesuai dengan banyak siswa dan jumlah satu kelompok adalah 4 orang. Kepada setiap kelompok diberi kebebasan
untuk mengungkapkan ide dan memilih beberapa kegiatan seperti membuat TTS (
Teka-teki silang), Pantun tentang fisika, mengganti syair lagu kesukaan mereka
dengan konsep-konsep fisika atau membuat sebuah drama singkat tentang fenomena
dalam fisika.
Kelompok yang membuat TTS biasanya
membuat kolom-kolom TTS pada kertas karton yang kemudian ditulis di papan tulis
dan pertanyaan dilemparkan kepada kelompok lain untuk mengisi jawaban pada
kolom yang sudah tersedia, contoh TTS:
Pertanyaan Mendatar:
1. Perubahan wujud dari air ke uap
4. Planet yang dikenal dengan bintang fajar
7. Benda yang mengelilingi matahari dengan
lintasan tertentu
9. Istilah lain dari tenaga
11. Materi yang
terkandung dalam suatu benda
Pertanyaan Menurun:
2. Satuan Intarnasional dari Suhu
3. Tingkat derajat dari suatu tempat atau
keadaan
5. Sesuatu yang menyebabkan benda berpindah
6. Bentuk orbit dari planet
8. Alat pengukur kecepatan
10. Contoh logam
Kelompok yang mempunyai
kemampuan linguistik dapat mengembangkan talentanya dalam membuat pantun dimana
setiap jawaban benar akan memperoleh nilai 100 dan jika salah dikurangi 50 dan
jawaban dari pantun ini dijawab oleh siswa yang lain. Contoh pantun dibawah
ini...
Anak cina bermain mata
Sambil bermain menggendong papan
Coba anak silakan terka
Alat apa pengukur kecepatan
Kelompok yang membuat puisi atau lagu-lagu biasanya memperoleh penilaian
khusus atas kreativitasnya. Kemudian kelompok yang membuat drama singkat tanpa
kata biasanya menerangkan suatu konsep sederhana tentang fisika dan
kelompok-kelompok lainnya memberikan kesimpulan tentang maksud dari drama
tersebut dalam selembar kertas. Penilaian tertinggi diberikan kepada kelompok yang pendapatnya paling
mendekati kebenaran dari konsep yang disajikan. Penilaian dilakukan oleh
kelompok yang bersangkutan dan dibantu oleh guru apabila memang diperlukan.
Dalam drama singkat yang menjelaskan
proses perpindahan kalor secara konduksi ada 4–5 orang siswa yang berdiri
berjajar dan berperan sebagai partikel-partikel logam. Kemudian seorang siswa
lainnya berperan sebagai ‘api’ yang memberikan ‘panas’nya (panas digantikan
oleh sebuah bola berwarna kuning) pada siswa yang berada paling dekat dengan
api kemudian siswa tersebut memberikan bola itu secara estafet melalui siswa
yang berada di sebelahnya hingga sampai di ujung kemudian diberikan pada siswa
terakhir yang berperan sebagai ‘pengamat’. Dalam adegan terjadi hal-hal menarik
ketika siswa yang bertugas sebagai pengamat yang memegang bola kuning berakting
seolah-olah kepanasan. Suasana
menjadi riuh dengan sorak sorai dan applaus dari siswa yang lainnya. Disinilah
guru berperan sebagai sumber informasi yang dapat membantu
meluruskan kesalahan-kesalahan yang mungkin saja dilakukan. Tetapi dengan
metode ini siswa belajar menemukan sendiri masalahnya sekaligus memecahkannya. Banyak
sekali hal-hal menarik yang terjadi dalam proses pembelajaran seperti ini.
Dalam metode ini, siswa memegang peranan penuh dalam kelas. Mereka
yang memilih dan merancang konsep materi dan soal yang akan dibahas dan mereka
pula yang memberikan penilaian-penilaian. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang
sedang digunakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar