Rabu, 29 April 2015

MULTIPLE INTELEGENCE

BAB I
PENDAHULUAN


1. Latar Belakang
            Belajar sebagai suatu kebutuhan setiap orang untuk memenuhi segala sesuatu sehingga apa yang dilihat, didengar dan dilakukan dapat dipahami. Siswa sebagai objek dalam proses belajar mengajar mempunyai latar belakang kecerdasan yang beragam. Salah satu tujuan pendidikan yang utama adalah transfer of learning, tentu saja dalam hal ini guru benar-benar  harus memahami karakteristik siswa, Karena bagaimana siswa berpikir lebih penting dibandingkan dengan apa yang mereka pikirkan, yang dimadsud dengan siswa berpikir adalah kaitannya dengan kebiasaan yang sering dilakukan siswa sehingga proses belajar mengajar atau proses transfer pengetahuan tersebut dapat diterima
Setiap siswa memiliki cara belajar yang berbeda, dimana sebagian siswa dapat belajar secara berkelompok bahkan menyendiri, sebahagian suka belajar sambil mendengarkan musik, demikian juga sebagian siswa lebih mudah belajar jika melihat lansung gambar atau diagram, atau sebagian lebih menyukai belajar dengan hanya mendengar dan ada juga siswa lebih senang belajar dengan menggunakan indera atau mengerakan tubuh, semua keunikan dapat dikembangkan  sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya.
            Menurut Bloom (1979:99) kemampuan pemahaman konsep adalah hal penting dalam kemampuan intelektual yang selalu ditekankan disekolah dan perguruan tinggi. Kemampuan pemahaman konsep suatu materi subjek merupakan hal yang paling penting dalam pengembangan intelektual ( Piping: 2005).        
Kecerdasan intelektual tidak hanya diukur melalui kemampuan matematika tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musical, visual spatial, interpersonal dan naturalis (kompas:2003). Jenis –jenis kecerdasan intelektual ini dikenal dengan kecerdasan jamak atau ” Multiple Intellligences” yang diperkenalkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983. Howard Gardner seorang professor bidang pendidikan di Harvard graduate School of education menyatakan bahwa kecerdasan minimal yang dimiliki seseorang meliputi delapan kemampuan intelektual yang berbeda, Gardner menyebutnya dengan sebutan Teori Multiple Intelligences.
            Sangat disayangkan kalau mata pelajaran fisika menjadi sebuah mata pelajaran yang ditakuti oleh siswa,  kecendrungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar mereka yang menemukan kenyataan bahwa fisika adalah pelajaran yang berat dan sangat serius yang tidak jauh dari pemahaman konsep, kegiatan praktikum dan hitungan matematika yang sangat membosankan akibatnya tujuan pembelajaran yang diharapkan sangat sulit dicapai. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai rata-rata mata pelajaran fisika dari tahun ketahun.
            Mata pelajaran fisika juga menjadi momok bagi siswa karena fisika selalu dikaitkan dengan matematika, kemampuan matematis siswa yang lemah otomatis akan mengalami kesulitan dalam memahami fisika karena sebahagian besar penyelesaian matematika mengggunakan pendekatan secara matematis. Pola pemikiran tradisional yang hanya menekankan pada kemampuan matematika tanpa memperhatikan beberapa konsep dasar dapat membuat siswa menjadi jemu dan tidak menyukai pelajaran fisika. Gardner mengatakan bahwa kita hanya cendrung menghargai orang yang ahli didalam kemampuan matematika dan bahasa. Kita harus memberi perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki talenta
            Pendekatan kecerdasan intelektual juga dapat diaplikasikan pada pembelajaran fisika dengan menggunakan berbagai talenta yang ada pada anak atau pada keragaman kecerdasan, siswa dapat menikmati fisika sebagai sesuatu hal yang menyenangkan dan mengembangkan fisika berdasarkan talenta yang mereka miliki sepanjang tidak lari dari konsep dasar fisika itu sendiri. Pendekatan multiple intelligences ini sendiri dapat dijadikan sebagai sebuah inovasi dalam pembelajaran fisika.

2. Pembatasan Masalah

Pada makalah ini penulis hanya membatasi masalah. Konsep Penggunaan ”Multiple Intelligences” dalam pembelajaran fisika  pada tingkat SMP

3. Perumusan masalah
Supaya makalah ini terarah, penulis membuat beberapa pertanyaan sebagai acuan yang akan dibahas. Pertanyaan pada permasalahan ini adalah :
1.      Apa yang dimaksud ”Multiple Intelligences” ?
2.      Apa tujuan pembelajaran dengan ”Multiple Intelligences” ?
3.      Keterampilan apakah yang diharapkan muncul setelah belajar dengan ”Multiple Intelligences”
4.      Bagaimana Menciptakan Pembelajaran yang menyenangkan dengan ”Multiple Intelligences”





























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Multiple Intelegences (MI) lahir sebagai koreksi terhadap kecerdasan yang dikembangkan oleh Alfred Binet ( 1904) yang meletakan dasar kecerdasan hanya pada Intelligences Question (IQ). Binet menetapkan kecerdasan seseorang dalam rentang skala tertentu yang menitikberatkan hanya pada kemampuan bahasa dan logika, dengan kata lain orang yang pandai dalam bahasa dan logika pasti akan mempunyai IQ yang tinggi bahkan hal ini yang menjadi standar dalam menentukan kecerdasan orang pada saat ini.
            Tes yang dikembangkan Binet ini, menurut Gardner belum mengukur kecerdasan anak sepenuhnya, sebab seseorang yang cerdas tidak dapat diwakili hanya melalui dua jenis kecerdasan dan bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang. Kecerdasan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melihat suatu masalah kemudian membuat penyelesain masalah itu atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain. Multiple Intelligences pada dasarnya mencakup pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), Kecerdasan emosional (EQ), Kecerdasan spritual (SQ). Semua kecerdasan anak ini dapat diransang sejak dini.
1. Defenisi operasional
            Teori multiple Intellegences bertujuan untuk mentransformasikan sekolah agar sekolah kelak dapat mengakomodasikan setiap siswa dengan berbagai pola pikirnya yang unik. Ada beberapa macam kecerdasan yang diungkapkan Gardner (1983) yaitu:
a. Linguistic Intelligence (Word Smart)
Pandai berbicara, gemar bercerita, dengan tekun mendengarkan cerita atau membaca merupakan tanda anak yang memiliki kecerdasan linguistik yang menonjol. Memiliki kemampuan yang kuat dalam mengingat nama atau fakta. Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaitan dengan proses berpikirnya.
b. Logical – Mathematical Intelligence (Number / Reasoning Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan logical–mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Menikmati ilmu pengetahuan, mudah mengerjakan matematika dalam benaknya,  senang menghitung. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda.
c. Visual – Spatial Intelligence (Picture Smart)
Seorang anak yang memiliki kecerdasan dalam menggunakan gambar biasanya suka menggambarkan idenya atau membuat sketsa dalam memecahkan masalah. Anak-anak dengan kecerdasan visual – spatial yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (internal imagery), sehingga cenderung imaginatif dan kreatif.

d. Bodily – Kinesthetic Intelligence (Body Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan bodily – kinesthetic di atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.

e. Musical Intelligence (Music Smart)
Anak dengan kecerdasan musical yang menonjol mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentranformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai menggunakan kosakata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi musik.

f. Interpersonal Intelligence (People Smart)
Anak dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yang
baik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan sosial, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerja sama dengan orang lain.

g. Intra personal Intelligence (Self Smart)
Anak dengan kecerdasan intra personal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan.

h. Naturalist Intelligence (Nature Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan naturalist yang menonjol memiliki ketertarikan yang besar terhadap alam sekitar, Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan dan hujan, asal usul binatang, pertumbuhan tanaman, dan tata surya. Anak biasanya senang mencari tahu tentang sesuatu kemudian mengelompokan kedalam kategori tertentu misalnya senang mengamati burung, bebatuan atau mencatat jenis mobil yang berbeda dan mereka juga tahu kepada siapa harus meminta bantuan saat diperlukan.
Sebenarnya dalam melaksanakan proses belajar yang menggunakan kerangka “ Multiple Intelligences”, tidaklah sesulit yang dibayangkan, yang dibutuhkan hanya kreativitas dan kepekaan guru. Untuk mengembangkan “ Multiple Intelligences” sarana dan prasarana yang dibutuhkan sebenarnya telah tersedia dilingkungan kita, artinya pendidikan tidak harus dilaksanakan dalam kelas. Siswa bisa diajak untuk melihat fenomena yang terjadi dialam dan teori yang mereka temui dikelas dapat mereka lihat pada kehidupan nyata.
Vernon A.Magnessen (1983) menjelaskan bahwa kita belajar 10 % dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa yang kita lihat dan kita dengar, 70 % dari apa yang kita katakana, 90 % dari apa yang kita lakukan dan kita katakan.
2. Tujuan Pembelajaran Multiple Intelligences
            Strategi pembelajaran “ Multiple Intelligences” pada hakekatnya adalah upaya Mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa terutama dalam pelajaran fisika, menurut Amstrong (2002) seorang pakar dalam bidang multiple intelligences mengatakan bahwa dengan teori kecerdasan majemuk memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran yang inovatif dan relative baru dalam pendidikan(Piping: 2005).
            Multiple intelligences juga memacu kecerdasan yang menonjol pada diri siswa dan berupaya mempertahankan kecerdasan lainnya pada standar minimal  yang ditentukan oleh lembaga atau sekolah sehingga MI tetap berada pada posisi yang selalu menguntungkan bagi siswa yang menggunakan. Bukankan Enstein yang dikatakan cerdas juga mempunyai kelemahan pada kecerdasan yang lain? Enstein adalah orang yang sangat cerdas pada dua jenis kecerdasan yaitu Matematis Logis dan Spasial, sementara untuk kecerdasan lain tidak menonjol.
BAB III
MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA


1. Penerapan Multiple Intelligences dalam pembelajaran Fisika
Fisika menguraikan dan menganalisis struktur dan peristiwa yang terjadi di alam, teknik dan lingkungan disekitar kita. Menurut Duxes (1996:4) dalam proses tersebut ditemukan sejumlah aturan atau hukum-hukum alam yang dapat menerangkan gejala alam tersebut secara logis dan rasional (Piping: 2005). Fenomena alam, gaya dan peristiwa alam lainnya, ilmu fisika sudah diperkenalkan sejak sekolah menengah pertama, bahkan konsep dasar fisika itu sendiri sudah dikenalkan sejak siswa duduk dibangku sekolah dasar.
Siswa mengidentikkan fisika dengan matematika, yang selalu penuh dengan rumus-rumus yang panjang dan rumit, bahkan orang yang hobi dalam matematika tanpa kegemaran pada fenomena alam bisa terfokus pada segi matematika dari fisika saja. Orang yang mahir memecahkan persamaan matematika sering kesulitan dalam menyimpulkan arti fisis dalam relasi-relasi matematika yang ia peroleh. Agar terselenggaranya proses penerusan pengetahuan fisika diperlukan sejumlah metode ataupun pendekatan yang mampu mengantarkan siswa pada tahap penguasaan konsep fisika sehingga pada akhirnya masalah fisika dapat terpecahkan.
Pembelajaran berdasarkan Teori Multiple Intelligences beranggapan siswa perlu dibantu dalam proses belajar mengajar dengan metode yang sesuai dengan dengan kecerdasan yang menonjol dalam diri siswa. Hal ini senada dengan pendapat Dr George Losnaov yang menyatakan jika belajar dapat terjadi dalam suasana yang menyenangkan dan memungkinkan seluruh indera dan kemampuan lain manusia bekerja secara optimal, proses belajar akan berlansung cepat (Abin Syamsudin:1996). Berdasarkan uraian diatas sudah sepatutnya didalam pembelajaran fisika Multiple Intelligences juga dikembangkan sebagai sebuah inovatif agar anak yang tidak memiliki kecerdasan dalam bidang angka/ logika juga dapat menikmati fisika sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya sehingga pembelajaran lebih bermakna.



2. Strategi pembelajaran berbasis teori Multiple Intelligencse
Kecerdasan linguistik dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan bercerita , menulis kembali apa yang dipelajari dengan brain storming, dengan membuat jurnal tentang bahan dengan menerbitkannya ke majalah dinding, dengan kata lain, setelah mempelajari topik tertentu siswa diberikan kesempatan mengungkapkan pemikirannya tentang bahan itu dengan menulisnya melalui kata-kata sendiri.
Kecerdasan matematik-logis dapat diwujudkan dalam bentuk menghitung, membuat kategorisasi , membuat pemikiran ilmiah dengan proses ilmiah, membuat analogi misalnya setelah mempelajari rumus dalam pemecahan persoalan baru, disini yang harus diperhatikan adalah fikiran dan logika siswa dalam pemecahan soal.
Kecerdasan visual –spitual dapat diungkapkan dengan visualisasi bahan dengan membuat grafik, gambar, dapat mempelajari fisika dengan membuat komik/cerita bergambar atau melalui membaca komik yang pernah penulis kupas didalam laporan buku mengenai kartun fisika atau mengadakan eksperimen di laboratorium.
Kecerdasan musikal dapat diungkapkan dengan memberikan kesempatan dan tugas menyanyi, membuat lagu atau mengungkapakan bahan ajar dalam bentuk suara. Guru sendiri dalam menyiapkan bahan ajar dapat merencanakan penjelasan rumusan fisika dengan suatu lagu yang akan membuat siswa mudah menangkap dan relaks.
Kecerdasan interpersonal dapat dikembangkan dengan memberikan waktu sendiri pada siswa unutk refleksi dan berpikir sejenak. Beberapa soal yang diberikan sebaiknya merupakan persoalan terbuka dimana para siswa secara mandiri dapat mengungkapkan gagasannya, disini guru harus menyajikan bahan ajar dengan humor dan keseriusan, dengan kata lain sikap pribadi guru perlu juga ditunjukan untuk membantu siswa yang interpersonal.
Kecerdasan natural dapat dibantu dengan meransang siswa agar merasa nyaman dengan suasana alamiah seperti mengajak siswa sekolah alam dalam arti mengajak siswa belajar diluar kelas dengan melihat fenomena terjadi di alam secara lansung atau memutar video atau film tentang materi fisika dan mengajak siswa untuk mneghubungkannya dengan kehidupannya sehari-hari.
            Dengan menggunakan berbagai kecerdasan yang dimiliki siswa, guru bisa menggunakan beberapa cara untuk mengembangkan Multiple Intelligences itu sendiri diantaranya dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini. Dengan menggunakan pendekatan melalui permainan dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan banyak siswa dan jumlah satu kelompok adalah 4 orang. Kepada setiap kelompok diberi kebebasan untuk mengungkapkan ide dan memilih beberapa kegiatan seperti membuat TTS ( Teka-teki silang), Pantun tentang fisika, mengganti syair lagu kesukaan mereka dengan konsep-konsep fisika atau membuat sebuah drama singkat tentang fenomena dalam fisika.
            Kelompok yang membuat TTS biasanya membuat kolom-kolom TTS pada kertas karton yang kemudian ditulis di papan tulis dan pertanyaan dilemparkan kepada kelompok lain untuk mengisi jawaban pada kolom yang sudah tersedia, contoh TTS:

Pertanyaan Mendatar:
1.  Perubahan wujud dari air ke uap
4.  Planet yang dikenal dengan bintang fajar
7.  Benda yang mengelilingi matahari dengan lintasan tertentu
9.  Istilah lain dari tenaga
11. Materi yang terkandung dalam suatu benda

Pertanyaan Menurun:
2.   Satuan Intarnasional dari Suhu
3.   Tingkat derajat dari suatu tempat atau keadaan
5.    Sesuatu yang menyebabkan benda berpindah
6.   Bentuk orbit dari planet
8.   Alat pengukur kecepatan
10.  Contoh logam
Kelompok yang mempunyai kemampuan linguistik dapat mengembangkan talentanya dalam membuat pantun dimana setiap jawaban benar akan memperoleh nilai 100 dan jika salah dikurangi 50 dan jawaban dari pantun ini dijawab oleh siswa yang lain. Contoh pantun dibawah ini...

Anak cina bermain mata
Sambil bermain menggendong papan
Coba anak silakan terka
Alat apa pengukur kecepatan
Kelompok yang membuat puisi atau lagu-lagu biasanya memperoleh penilaian khusus atas kreativitasnya. Kemudian kelompok yang membuat drama singkat tanpa kata biasanya menerangkan suatu konsep sederhana tentang fisika dan kelompok-kelompok lainnya memberikan kesimpulan tentang maksud dari drama tersebut dalam selembar kertas. Penilaian tertinggi diberikan kepada kelompok yang pendapatnya paling mendekati kebenaran dari konsep yang disajikan. Penilaian dilakukan oleh kelompok yang bersangkutan dan dibantu oleh guru apabila memang diperlukan.
 Dalam drama singkat yang menjelaskan proses perpindahan kalor secara konduksi ada 4–5 orang siswa yang berdiri berjajar dan berperan sebagai partikel-partikel logam. Kemudian seorang siswa lainnya berperan sebagai ‘api’ yang memberikan ‘panas’nya (panas digantikan oleh sebuah bola berwarna kuning) pada siswa yang berada paling dekat dengan api kemudian siswa tersebut memberikan bola itu secara estafet melalui siswa yang berada di sebelahnya hingga sampai di ujung kemudian diberikan pada siswa terakhir yang berperan sebagai ‘pengamat’. Dalam adegan terjadi hal-hal menarik ketika siswa yang bertugas sebagai pengamat yang memegang bola kuning berakting seolah-olah kepanasan. Suasana menjadi riuh dengan sorak sorai dan applaus dari siswa yang lainnya. Disinilah guru berperan sebagai sumber informasi yang dapat membantu meluruskan kesalahan-kesalahan yang mungkin saja dilakukan. Tetapi dengan metode ini siswa belajar menemukan sendiri masalahnya sekaligus memecahkannya. Banyak sekali hal-hal menarik yang terjadi dalam proses pembelajaran seperti ini.

Dalam metode ini, siswa memegang peranan penuh dalam kelas. Mereka yang memilih dan merancang konsep materi dan soal yang akan dibahas dan mereka pula yang memberikan penilaian-penilaian. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang sedang digunakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar