Selasa, 26 Mei 2015

LAPORAN STUDY KASUS

BAB I
 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
 Sekolah merupakan suatu lembaga yang bulat dan utuh serta bereksitensi sebagai satu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen penting yang saling berintegrasi. Sekolah dipandang sebagai masyarakat yang memiliki kepribadian, dimana menjadi tempat untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar dan menjadi tempat menanamkan nilai, pengetahuan, ketrampilan dan wawasan. Sebagai lembaga yang menyelenggarakan proses pembelajaran, sekolah mempunyai program-program khusus yang bertujuan agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik, dimulai dari kualitas guru yang mengajar sampai kepada fasilitas atau media yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya–upaya pembaharuan dalam proses belajar mengajar, para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat peraga dan media yang ada di sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan alat peraga dan media sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru harus dapat menggunakan alat yang murah dan efisien meskipun sederhana tetapi dapat membantu dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Berkembangnya penggunaan media pembelajaran menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada proses pembelajaran terutama dalam bidang sains. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang sains, khususnya bidang fisika merupakan salah satu faktor peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan zaman yang memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi. Kenyataan bahwa saat ini di Indonesia memasuki era informasi yaitu ditandai dengan makin banyaknya medium informasi yang tersebar makin meluas dan seketika, serta informasi dalam berbagai bentuk yang bervariasi dalam waktu yang cepat. Penyajian pesan pada era informasi ini selalu menggunakan media, baik elektronik maupun non elektronik (Arsyad A, 2007). Suatu media yang terorganisasi secara rapi akan mempengaruhi secara sistematis lembaga-lembaga pendidikan baik itu di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Uraian tersebut menunjukkan bahwa kehadiran media telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk sistem pendidikan kita, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam media audio, visual dan media audiovisual. Media audio adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassete recorder, piringan hitam. Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film strip (film rangkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun. Sedangkan media audio visual merupakan media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan yang kedua. Dalam rangka merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pemerintah dalam hal ini kementrian pendidikan nasional, melakukan penyempurnaan kurikulum sains untuk tingkat sekolah menengah umum. Kompetensi sains yang diharapkan, ditekankan pada hal-hal yang dapat menjamin pertumbuhan ketaqwaan dan keimanan terhadap Tuhan YME, penguasaan kecakapan hidup dan penguasaan materi pelajaran. Teknologi informasi dapat melahirkan fitur-fitur baru dalam dunia pendidikan. Sistem pengajaran berbasis multimedia dengan menggunakan komputer dapat menyajikan materi pelajaran yang lebih menarik, tidak monoton dan memudahkan dalam penyampaian. Siswa dapat mempelajari materi tertentu secara mandiri dan terorganisir dengan menggunakan komputer yang dilengkapi dengan program berbasis multimedia (Kadir dan Triwahyuni, 2003). Teknologi informasi dalam pendidikan khususnya fisika diaplikasikan menggunakan komputer dengan berbagai simbol informasi dari bentuk yang satu ke bentuk lainnya. Siswa dapat mengetik teks dengan komputer yang dapat mentranformasikannya ke dalam bentuk lain, misalnya gambar bahkan suara. komputer memberikan fasilitas kepada siswa untuk mempelajari suatu materi dengan lebih mudah dan lebih jelas dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan efisiensi, motivasi, serta memfasilitasi belajar aktif, konsisten dengan belajar yang berpusat pada siswa, dan memandu siswa untuk belajar lebih baik (Crowther dan Davies dalam Suyanto, 2003). Penggunaan media komputer dalam proses pembelajaran memiliki tujuan utama, yaitu agar pesan yang disampaikan dapat diserap semaksimal mungkin oleh peserta didik. Ada beberapa fungsi media pembelajaran khususnya media komputer, di antaranya adalah: 1. Menarik perhatian siswa; 2. Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran; 3. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis; 4. Mengatasi keterbatasan ruang; 5. Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif; 6. Waktu pembelajaran bisa dikondisikan; 7. Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar; 8. Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam; 9. Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran; 10. Meningkatkan motivasi siswa. Sesuai dengan cita-cita tujuan pendidikan nasional, guru perlu memiliki prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal siswa didalam merancang strategi dan melaksanakan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan menerapkan jenis-jenis strategi pembelajaran yang diiringi dengan pengguanaan media yang tepat sesuai dengan materi ajar dan memungkinkan siswa mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual sehingga siswa tidak mempunyai anggapan bahwa fisika adalah pelajaran yang sangat menakutkan. Beberapa pendapat menunjukkan bahwa fisika dirasakan sulit oleh sebagian besar siswa karena kebanyakan materi fisika diajarkan dengan metode yang kurang menarik dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan terlalu bersifat teoritis, jarang sekali dikaitkan dengan fenomena dan pengalaman dunia nyata dari mana teori tersebut dirumuskan. Guru berperan sebagai penceramah ilmu fisika, sementara siswa hanya mendengarkan secara pasif dan mencatat. Situasi belajar yang seperti ini akan menyebabkan siswa cepat merasa bosan dan jenuh, sehingga semangat belajarnya pun akan hilang. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Thomas Armstrong (dalam Wasliman, 2004), yang menyatakan bahwa terdapat beberapa situasi belajar yang dapat menyebabkan anak tidak menyenangi pelajaran dikelasnya antara lain: 1) di kelas siswa hanya menemukan buku pelajaran dan kertas kerja, dan tidak menemukan media belajar lain seperti: alat peraga, alat laboratorium, komputer, dan sebagainya; 2) di kelas siswa hanya menulis, membaca buku paket dan mendengarkan, dan tidak melakukan, bereksperimen, merancang, berkomunikasi serta memecahkan masalah secara bersama-sama; 3) di kelas siswa hanya mendengarkan guru berceramah, guru senantiasa memberikan pekerjaan rumah yang banyak diakhir pembelajaran; 4) di kelas siswa mengalami perlakuan belajar ibarat “cangkir dan teko” dimana guru adalah teko yang menuangkan pengetahuan ke dalam cangkir yang kosong (anak). Sudah menjadi kewajiban kita semua yang berkecimpung dalam pengajaran fisika, untuk senantiasa terus berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran agar mendapatkan hasil yang optimal, tidak saja dalam bentuk pengetahuan fisika yang memadai, tetapi juga dalam berbagai kecakapan dan keterampilan yang berhubungan dengan kefisikaan, sehingga diharapkan siswa dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan pembaharuan, serta dapat memenuhi tuntutan perkembangan zaman. Upaya yang dilakukan dalam rangka memenuhi tuntutan itu adalah dengan jalan memanfaatkan teknologi pendidikan atau mengelola pendidikan, khususnya proses belajar melalui pendekatan teknologi. Teknologi pendidikan mempunyai karakteristik tertentu yang sangat relevan bagi kepentingan pendidikan. Teknologi pendidikan memungkinkan adanya: 1) penyebaran informasi secara luas, merata, cepat, seragam dan terintegrasi, sehingga dengan demikian pesan dapat disampaikan sesuai dengan isi yang dimadsud; 2) teknologi pendidikan dapat menyajikan materi secara logis, ilmiah dan sistematis serta mampu melengkapi, menunjang, memperjelas konsep, prinsip-prinsi atau proposisi materi pelajaran; 3) teknologi pendidikan menjadi partner bagi guru dalam rangka mewujudkan proses belajar yang efektif, efisien dan produktif sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan anak didik; 4) teknologi pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, dapat menyajikan materi secara lebih menarik dan lebih baik jika disertai dengan kemampuan guru yang memadai (Dhanim, 2008). Teknologi pendidikan yang digunakan disini adalah dalam bentuk penggunaan media pembelajaran khususnya media komputer yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan studi kasus di SMA Negeri “X” di kabupaten Karimun. Adapun permasalahan yang peneliti ungkapkan adalah penggunaan media belajar pada pembelajaran fisika. Alasan peneliti memilih SMA Negeri “X” adalah : 1) SMA Negeri “X” merupakan salah satu SMA Negeri yang memiliki pengelolaan manajemen sekolah yang cukup baik dan terakreditasi A; 2) Media belajar khususnya media komputer yang tersedia sudah cukup lengkap; 3) Minimnya penggunaan sarana prasarana laboratorium IPA. 1.2. Fokus Permasalahan Studi lapangan difokuskan pada kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media komputer yang menjadi bagian dari fokus studi lapangan ini. Dari Latar belakang, maka fokus masalah dalam studi lapangan ini berdasarkan rumusan masalah adalah: “Bagaimanakah penggunaan media belajar pada pembelajaran Fisika pada di SMA Negeri “X” dan hubungannya dengan penggunaan media berbasis komputer?”. Masalah studi lapangan ini dioperasionalkan menjadi pertanyaan penelitian seperti berikut ini: 1. Bagaimanakah proses kegiatan pembelajaran Fisika di SMA Negeri “X”? 2. Bagaimanakah pemanfaatan media berbasis komputer dalam pembelajaran Fisika? 1.2. Tujuan Observasi Studi lapangan ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media pembelajaran khususnya media komputer pada proses pembelajaran Fisika di SMA Negeri “X”. Untuk memudahkan pelaksanaan observasi dalam pencapaian tujuan dilakukan melalui tahapan-tahapan kegiatan dengan tujuan yang lebih spesifik, yaitu: 1. Menganalisis proses kegiatan pembelajaran Fisika di SMA Negeri “X”. 2. Menganalisis pemanfaatan media komputer dengan menggunakan animasi pada pembelajaran Fisika. 3. Observasi melalui lembar obervasi. . BAB II METODOLOGI PENELITIAN Studi lapangan dilaksanakan sebagai suatu studi kasus dengan data-data yang dikumpulkan berupa data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi lapangan, wawancara tidak terstruktur, dan dokumentasi. 2.1. Metode Studi lapangan dilakukan di SMA Negeri “X” Kabupaten Karimun menggunakan metode penelitian kualitatif. Observasi ini dilaksanakan sebagai suatu studi kasus dengan data-data yang dikumpulkan berupa data kualitatif yang diperoleh dari observasi lapangan tercatat, wawancara tidak terstruktur, serta pengumpulan beberapa dokumen yang relevan, Langkah-langkah yang dilakukan dalam studi ini adalah : § Survey § Observasi § Wawancara § Dokumentasi 2.2. Alur Penelitian Supaya studi kasus terlaksana dengan baik, sesuai dengan fokus dan tujuan yang diharapkan, ada beberapa tahapan yang dilakukan seperti menentukan tujuan kemudian tahap observasi lapangan untuk memilih subjek, tahap observasi kelas dan wawancara untuk pengumpulan data dan tahapan analisis data. Proses analisis studi kasus dilakukan selama pengumpulan data dan setelah proses pengumpulan data selesai. Analisis data dilakukan melalui tahapan pengorganisasian data, pengelompokan data, mencari hubungan data-data yang saling terkait, memahami kecenderungan data, mencari suatu pola, serta menentukan hal-hal penting yang perlu diinformasikan terhadap orang lain dan tahapan terakhir adalah menarik kesimpulan dari data yang telah dianalisis. Maka alur penelitian yang dilakukan sebagai berikut: 2.3. Sumber Data Sumber data dalam studi kasus ini adalah guru fisika dan siswa kelas XII SIA (Studi Ilmu Alam) serta media yang digunakan padapembelajaran di SMA Negeri “X”. 2.4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Untuk memperoleh data peneliti menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan wawancara. Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif. Adapun langkah kegiatan yang dilakukan mulai dari proses persiapan sampai tahap pengambilan data diuraikan dalam Tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1. Daftar Kegiatan Field Study NO HARI/ TANGGAL KEGIATAN 1 Senin, 3 Agustus 2009 Melapor dan meminta izin untuk melakukan observasi disekolah 2 Kamis, 6 Agustus 2009 Observasi nonformal ke SMAN “X”, mencari petunjuk dan informasi tentang kemungkinan adanya permasalahan yang menarik untuk diteliti. 3 Selasa 7 Agustus 2009 · Wawancara non formal dengan Wakasek kesiswaan, prasarana tentang situasi dan kondisi sekolah, permasalahan siswa. · Observasi pembelajaran fisika oleh guru di kelas XII. 4 Selasa, 10 Agustus 2009 · Wawancara non formal dengan guru , tentang permasalahan pembelajaran fisika di kelas XII. · Wawancara non formal dengan siswa , tentang permasalahan pembelajaran fisika di kelas XII. 5 Selasa, 13 Agustus 2009 · Wawancara Wakasek Kurikulum tentang kurikulum sekolah, Praktikum IPA, pengunaan fasilitas belajar. · Wawancara non formal dengan TU mengenai keadaan guru dan TU. 6 Kamis, 20 Agustus 2009 Observasi pembelajaran fisika oleh guru dikelas XII. 7 Kamis 27 Agustus 2009 Observasi pembelajaran fisika oleh guru dikelas XII. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1. HASIL PENELITIAN 3.1 .1 Sejarah Sekolah SMAN “X” merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk berdasarkan surat keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 0473/0/1983 tanggal 9 November 1983 tentang Pembukaan, Penunggalan dan Penegerian SMA dengan status terdaftar. Berpedoman pada surat keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Prop Riau No 03534/109.2d/0-83 tanggal 2 Mei 1983 tentang pelaksanaan murid baru untuk angkatan 1983/1984 maka dilaksanakan penerimaan siswa pertama yang pada saat itu statusnya adalah SMA Daerah sehingga pembukaan tahun ajaran pertama adalah 1 Juli 1983 SMA Negeri “X” adalah sekolah pertama yang dibangun di daerah tersebut dan menampung sebanyak 85 orang siswa atau dua kelas belajar. Awalnya proses belajar mengajar dilaksanakan pada salah satu SMP di daerah tersebut pada siang hari dan pada bulan September 1983 pelaksanaan proses belajar mengajar baru dilaksanakan di gedung SMA Negeri Tanjung Batu. Pelaksanaan Evaluasi Belajar Tahap Akhir adalah pada tahun ajaran 1985/1986 untuk pertama kalinya. 3.1.2 Visi dan Misi Sekolah 1. Visi Sekolah “ Mewujudkan pelajar yang terdidik, bertaqwa dan berwawasan akademik, sehingga melahirkan generasi yang mampu bersaing didunia kerja dan siap hidup mandiri serta menjunjung tinggi azam Kabupaten Karimun” 2. Misi Sekolah a. Melaksanakan pembelajaran, pengayaan dan bimbingan yang aktif sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. b. Menumbuhkan semangat untuk seluruh warga sekolah sehingga tercipta lingkungan pendidikan yang bersih, bersemangat dan berkerabat. c. Menerapkan manajemen partisipatif dan koordinatif, religius dari warga sekolah yang bermitrakan komite sekolah, masyarakat dan instansi terkait 3.1.3 Keadaan Guru dan Pegawai Tata Usaha 1. Guru Jumlah Guru ada 27 orang dengan berlatar belakang pendidikan yang berbeda-beda, 23 orang berstatus Guru tetap dengan latar belakang pendidikan adalah 18 orang S1 dan 5 orang berlatar belakang pendidikan S2. 4 orang guru berstatus Guru tidak tetap dengan latar belakang S1. Tabel 3.1. Kondisi Guru tahun 2009-2010 Keadaan Guru Ijazah Terakhir Jumlah S1 S2 Guru Tetap (GT) Guru Tidak Tetap (GTT) 18 4 5 - 23 4 Jumlah 27 Dari 27 orang guru, 2 orang diantaranya mengajar pelajaran Fisika dengan status Guru tetap. Guruyang mengajar pelajaran fisika semuanya guru senior yang sudah lama mengajar. 2. Pegawai Tata Usaha Tabel 3.2. Kondisi Pegawai tahun 2009-2010 Keadaan Pegawai Ijazah Terakhir Jumlah SMP dan Setingkatnya SMK dan setingkatnya S1 Pegawai Tetap (PT) - 4 1 5 Pegawai Tidak Tetap (PTT) - 1 - 1 Dari 6 orang pegawai (PT dan PTT), 1 orang diantaranya adalah bendahara sekolah, 1 orang kepala TU dan 4 orang lainnya adalah: TU, Pesuruh Sekolah dan Tukang kebun Sekolah. 3.1.4. Profil Guru Fisika SMA Negeri ”X” SMA Negeri “X” memiliki dua orang guru fisika. Keduanya berlatar belakang fisika kependidikan. Guru I (perempuan) berpendidikan S2( jurusan yang berbeda) dan Guru II (laki-laki) juga berpendidikan S2. Guru I telah mengajar di SMA Negeri “X” sejak tahun 1983, sedangkan Guru II telah mengajar sejak tahun 1992. Guru I mengajar di kelas XII (2 kelas jurusan SIA), dan Guru II mengajar di kelas X dan XI. Agar penelitian ini dapat memberikan gambaran mendalam maka peneliti memilih kelas XII yang diajar oleh Guru I sebagai subjek studi kasus. 3.1.5. Siswa SMA Negeri “X” mempunyai kelas belajar sebanyak 15 kelas. Dengan jumlah kelas X sebanyak 5 kelas sedangkan untuk XI SIA ada 2 kelas dan XII SIA juga sebayak 2 kelas. Untuk kelas XI SIS dan XII SIS masing-masing ada 3 kelas. Jumlah siswa masing-masing kelas rata-rata adalah 35 orang. Jumlah siswa secara keseluruhan 533 siswa. Secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah. Tabel 3.3. Keadaan siswa SMA Negeri ”X” Tahun Ajaran 2009/2010 Kelas Jumlah Kelas Banyaknya murid Laki-laki Perempuan Jumlah X 5 71 87 158 XI SIA 2 33 44 77 XI SIS 3 54 58 112 XII SIA 2 30 46 76 XII SIS 3 53 57 110 Jumlah 533 3.1.6. Kurikulum Kurikulum yang dilaksanakan di sekolah tidak ada kurikulum khusus artinya kurikulum yang diterapkan sama dengan di sekolah-sekolah lain yang ada di kabupaten Karimun yaitu kurikulum yang sudah ditetapkan oleh Depdiknas. Dilihat pada kurikulum yang dianjurkan Depdiknas (KTSP) maka siswa diharuskan lebih bayak bekerja sendiri mencari dan menemukan sendiri masalah dan pengetahuan tentang pelajaran yang akan dipelajari. Namun dalam kenyataannya di SMA Negeri “X” tersebut, terutama pada proses pembelajaran siswa kelihatan lebih pasif dan menunggu saja apa yang diajarkan guru. Hal ini terlihat saat belajar siswa tidak aktif bertanya apalagi memecahkan masalah tetapi lebih menunggu guru untuk menjelaskan pelajaran dan lebih banyak bergurau. 3.1.7. Sarana Sekolah Gedung SMA Negeri “X” menempati area seluas 2,5 Ha. Pembangunan sekolah mendapat bantuan dari pemerintah pusat juga mendapat bantuan dari pemerintah daerah, sehingga pembangunan sekolah cukup baik. Tabel 3.5. Sarana Sekolah Sarana Jumlah Ruang kelas 15 Ruang Kepala sekolah 1 Ruang tata usaha 1 Ruang Majelis Guru 1 Ruang Wakasek 2 Perpustakaan 1 Laboratoriumor Kimia/Fisika 1 Laboratorium Biologi 1 Laboratorium Bahasa 1 Laboratorium Komputer 1 Toilet siswa 6 Toilet Guru 2 Parkir kendaraan 1 Menara air 2 Sarana Jumlah Lapangan Upacara 1 Musollah 1 Lapangan Olahraga 3 Aula 1 Media Keterampilan : o Komputer : 40 unit di satu laboratorium o Jaringan Internet Media belajar : o OHP : 2 unit o CD belajar : Lengkap o Note Book (Laptop) : - o LCD : 2 unit 3.1.9. Proses Pembelajaran Fisika di Kelas XII SMA Negeri ”X” a. Tahap persiapan Guru kurang mempersiapkan siswa dengan baik. Hal ini terbukti bahwa guru tidak membuat rencana siswaan secara tertulis. Bahkan pada saat pertemuan pertama guru kurang mempersiapkan penggunaan media, sehingga suasana kelas menjadi ribut. b. Tahap pembukaan Pada tahap ini penampilan guru sudah baik. Pada awal materi guru menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar, kemudian guru menyampaikan manfaat mempelajari materi yang akan dibahas. Namun, guru tidak melaksanakan pre-test untuk melihat kemampuan awal siswa. c. Tahap kegiatan inti Pada tahap ini guru menyampaikan materi menggunakan media komputer dengan pendekatan konvensional. Metode yang digunakan adalah ceramah, siswa kurang memperhatikan guru ketika menjelaskan animasi mengenai sifat gelombang dan tidak adanya feedback dari siswa untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan oleh guru bahkan ada siswa yang tertidur. Kemampuan guru memanfaatkan media komputer masih kurang optimal, terlihat dari suana pembelajaran yang tidak kondusif, guru lebih terfokus pada materi yang ada di komputer tanpa memperhatikan kondisi kelas dan keadaan siswa, serta kurang membangkitkan keingintahuan siswa mengenai materi yang disampaikan. d. Tahap Penutupan Pada tahap ini guru kurang maksimal. Guru tidak menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2. PEMBAHASAN Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek saling berkaitan, fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru, efektifitas penggunaan media pembelajaran sangat tergantung pada derajat kesesuaiannya dengan materi yang akan diajarkan disamping itu bergantung juga pada keahlian guru dalam menggunakan media tersebut. Dick & Carey (dalam Lamudji, 2005) menyatakan bahwa salah satu keputusan yang paling penting dalam merancang pembelajaran ialah dengan menggunakan media yang sesuai dalam rangka penyampaian pesan-pesan pembelajaran. Menurut Miarso (1984) media yang dirancang dengan baik dalam batas tertentu dapat merangsang timbulnya semacam dialog internal dalam diri siswa yang belajar, dengan kata lain terjadi komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung antara siswa dengan sumber pesan atau guru. Media berhasil membawakan pesan belajar jika terjadi perubahan kualitas dalam diri siswa. Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri “X” penggunaan media berbasis komputer dalam bentuk animasi pada proses pembelajaran fisika masih kurang optimal walaupun dengan fasilitas media belajar yang cukup lengkap diantaranya media komputer (40 unit komputer) dan CD pembelajaran yang lengkap untuk setiap mata pelajaran, namun karena kurangnya ketrampilan guru dalam penggunaan media komputer sehingga pembelajaran yang mengintegrasikan komputer dalam pembelajaran fisika masih kurang optimal dilaksanakan. Hal lain yang menjadi penghambat dalam penggunaan media komputer adalah disebabkan kurangnya daya pasokkan listrik sehingga tidak mampu untuk menghidupkan semua komputer sehingga media komputer yang ada jarang digunakan. Permasalahan lain adalah pengadaan bahan ajar fisika berbasis TIK yang masih dirasa sulit oleh guru. Hal ini dikarenakan fasilitas internet yang belum ada di sekolah sehingga guru tidak bisa men-download bahan ajar yang dibutuhkan di internet. Sosialisasi penggunaan media komputer sebagai media pembelajaran berdasarkan hasil temuan juga masih kurang, dilihat dari anggapan guru bahwa media komputer hanya digunakan pada mata pelajaran TIK, sehingga pada saat pembelajaran guru masih kaku dalam mengintegrasikan komputer pada pembelajaran fisika dan cendrung menjelaskan materi ajar mengenai animasi konsep gelombang tanpa ada umpan balik dari siswa dan menyebabkan kurangnya suasana belajar yang kondusif antara siswa dan guru. Pada saat seperti itu guru tetap berkonsentrasi pada materi di laptop dan kurang memanfaatkan papan tulis yang telah tersedia sama sekali. Beberapa siswa laki-laki bahkan bermalas-malasan pada saat guru menjelaskan materinya Banyaknya media yang tersedia SMA Negeri “X” menuntut guru untuk mampu merencanakan pembelajaran dengan mengimplementasikan bagaimana menggunakan alat-alat media pendidikan ini sebagai suatu sistem yang terintegrasi dalam pembelajaran. Tugas seorang pendidik adalah tugas profesional selalu menghadapi tantangan apabila ingin menjadi pendidik yang kreatif, dinamis, ilmiah dan kritis. Sebelum menentukan bahan pengajaran guru harus menentukan tujuan instruksional yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dan kemampuan apa yang akan dikembangkan untuk itu guru harus mampu menentukan metode pembelajaran dan media yang tepat untuk membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Dari pembelajaran fisika yang dilaksanakan guru di SMA Negeri “X” terlihat sebagian siswa ada yang termotivasi dan tertarik dengan materi yang disampaikan guru, tetapi karena keterbatasan kemampuan guru menggunakan media dan pengetahuan guru mengenai konsep fisika itu sendiri menyebabkan beberapa kali terjadi miskonse Gambaran Pembelajaran Fisika di SMA Negeri “X” kelas XII SiA. Penggunaan laboratorium yang juga berfungsi sebagai laboratorium fisika, Biologi dan kimia juga menjadi permasalahan tersendiri dalam pengintegrasian media komputer pada pembelajaran fisika, hal ini disebabkan waktu penggunaan ruang laboratorium yang harus bergantian dengan pelajaran lain seperti biologi dan kimia sehingga penggunaan media belajar berbasis komputer ini masih kurang efektif dan efisien. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Proses belajar mengajar di kelas berjalan kurang efektif disebabkan oleh lemahnya kemampuan guru dalam pengelolaan kelas dan penggunaan pendekatan yang tepat. Penggunaan media pembelajaran khususnya media komputer masih kurang optimal disebabkan oleh kurangnya ketrampilan guru dan beberapa faktor lain dalam mengitegrasikan komputer pada pembelajaran walaupun fasilitas komputer sudah memadai. Perlunya komunikasi interaksi antara siswa dengan guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar Fisika kearah yang lebih baik lagi. SARAN Setelah melakukan observasi, maka peneliti mencoba memberikan saran sebagai berikut : 1. Pada proses pembelajaran guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi tetapi lebih dari itu, guru seharusnya menjadi motivator bagi siswa agar siswa termotivasi untuk belajar fisika dan memahami materi yang diasampaikan guru melaui metode pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. 2. Perlu dilakukan pelatihan dalam penggunaan komputer untuk guru-guru setiap mata pelajaran khususnya fisika sehingga fasilitas yang ada dapat digunakan secara maksimal dan guru mempunyai kompetensi yang tinggi dalam menyongsong era informasi. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, A. (1997). Media Pembelajaran. Jakarta. Grafindo. Danim. S.(2008). Media komunikasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara. Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 : Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta Depdiknas. Gulo, W. (2005). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta : Grasindo Hamalik, O. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bandung: Bumi Aksara. Ibrahim dan Nana Syaodih. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta. Rineka Cipta H.A.R. Tilaar. (1991). Pendidikan dalam Pembangunan Nasional Menyongsong Abad XXI . Jakarta : Balai Pustaka. Nana Syaodih, S., (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Rosdakarya. Suderadjat, H. (2004). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika. Suparlan. (2002). Menjadi Guru efektif. Yogyakarta. Hikayat Publishing.
https://docs.google.com/document/d/1VUGhG3pVcW3-9GXsKYsub43-nUiOLOHXo7vOtZd_Dhk/edit?usp=sharing

Sabtu, 23 Mei 2015

POMPA TALI MODIFIKASI

Hari ini betul betul sangat melelahkan sekali...., setelah pembukaan teknologi tepat guna tingkat propinsi kepri pada hari jumat malam tanggal 22 mei 2015. Tadi pagi saya harus mempresentasikan bahan teknologi tepat guna berupa pompa tali yang sudah dimodifikasi ......

acara pembukaan TTG KEPRI 2015


Dengan undian presentasi no 4......cukup membuat deg deg an.., rasa minder muncul ketika melihat hasil produk peserta lain sangat bagus bila dibandingkan dengan teknologi sederhana yang akan saya peragakan..

Semangat peserta sangat diacungkan jempol dalam memperagakan hasil karya mereka....
dan alat yang ditampilkan juga sangat bagus.....

tetapi selalu berusaha dan mencoba dan selalu berinovasi menjadi semangat mengikuti TTG propinsi ini, mencoba menjawab pertanyaan juri ketika berkunjung pada setiap stand yang sudah disiapkan panitia.....

selesai menyampaikan mengenai modifikasi teknologi pompa tali membuat perasaan lega....harapan untuk mencoba yang lebih baik dari hari ini terbersit.....bahwa banyak ide sederhana yang bisa kita ungkapan melalui teknologi sederhana...

Selasa, 19 Mei 2015

LOMBA INOVASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA







Akhirnya berangkat juga ke propinsi, perjuangan yang membuahkan hasil setelah setahun alat ini menjadi barang koleksi yang tidak terpakai...

Dengan alat pompa tali yang sederhana dan mungkin tidak pernah menjadi bayangan membuat juri tertarik